Ads 468x60px

Jumat, 13 April 2012

Ingatlah Kaki Anda Saat Sholat!



"Berbahagialah orang-orang yang beriman,
 yaitu mereka yang khusyu dalam sholatnya."
(QS.All-Mu'minun: 1-2)

Suatu hari aku sholat berjamaah di sebuah masjid perumahan di kota Bogor. Jamaah yang hadir nampak didominasi oleh anak-anak muda dengan ciri khas yang hampir sama ; berjenggot dan bercelana cingkrang di atas mata kaki. Sebelum sholat dilaksanakan, imam berpaling ke arah jamaah dan memberi komando agar shaf (barisan) diluruskan dan dirapatkan. Semua jamaah terlihat sigap dan langsung merapatkan kaki yang satu dengan kaki yang lainnya. Tak ada lagi celah sedikit pun sehingga semut pun akan sulit untuk melintas.  Namun serapat apa pun sholat adalah ritual yang penuh gerakan. Saat bangkit dari sujud untuk berdiri, biasanya kerapatan kaki antara jamaah berubah. Ada jarak renggang meski tak terlalu melebar. Nah, pada saat itulah ada sesuatu yang kurang nyaman bagiku. Apa? Kakiku dikejar dan terus dikejar setiap akan berdiri untuk kembali pada posisi semula yaitu shaf yang rapat. Anehnya, kadang jama’ah di sebelah kiri dan kananku tak segan-segan untuk bukan sekedar mengejar kakiku tapi juga melirik kaki ini agar tak lari menjauh. Jadilah sholatku saat itu selalu dibayangi pengejaran kaki sehingga sulit untuk bisa khusyu.  Selama ini aku memang tidak menafikan adanya anjuran agar shaf dalam sholat berjama’ah harus  lurus dan rapat. Lurus dan rapatnya shaf dalam sholat berjama’ah bahkan menjadi penyempurna nilai sholat yang sedang berlangsung. Belum lagi ada keterangan yang menyatakan bahwa celah renggang di antara shaf akan diisi oleh syetan sehingga dia selalu siap merusak kesempurnaan sholat jama’ah.  Terlepas dari keutamaan di atas, sesungguhnya ada satu keutamaan yang kadang terlupakan dari sekadar lurus dan rapatnya shaf. Keutamaan ini bahkan menjadi ruhnya sholat. Bahkan kalangan shufi menjadikannya sebagai syarat diterimanya (maqbul) sholat. Dialah khusyu. Khusyu bukan pekerjaan mudah. Khusyu berkenaan dengan hati. Jika hati seseorang hadir bersama Allah dalam sholat, maka sholatnya khusyu. Begitu juga sebaliknya, bila saat sholat hatinya jalan-jalan kemana-mana, berarti sholatnya belum khusyu. Sholatnya  orang yang belum khusyu belum sampai kepada Allah tapi baru sampai ke tempat sujud saja. Lantas, bagaimana kalau yang sholatnya selalu waspada dengan pergerakan kaki orang lain di sampingnya? Khusyukah orang yang sholatnya mengejar-ngejar kaki jama’ah di sebelahnya? Siapa yang dia ingat sebetulnya saat sholat? Allah atau kaki?
Suatu hari aku sholat berjamaah di sebuah masjid perumahan di kota Bogor. Jamaah yang hadir nampak didominasi oleh anak-anak muda dengan ciri khas yang hampir sama ; berjenggot dan bercelana cingkrang di atas mata kaki. Sebelum sholat dilaksanakan, imam berpaling ke arah jamaah dan memberi komando agar shaf (barisan) diluruskan dan dirapatkan. Semua jamaah terlihat sigap dan langsung merapatkan kaki yang satu dengan kaki yang lainnya. Tak ada lagi celah sedikit pun sehingga semut pun akan sulit untuk melintas.
Namun serapat apa pun sholat adalah ritual yang penuh gerakan. Saat bangkit dari sujud untuk berdiri, biasanya kerapatan kaki antara jamaah berubah. Ada jarak renggang meski tak terlalu melebar. Nah, pada saat itulah ada sesuatu yang kurang nyaman bagiku. Apa? Kakiku dikejar dan terus dikejar setiap akan berdiri untuk kembali pada posisi semula yaitu shaf yang rapat. Anehnya, kadang jama’ah di sebelah kiri dan kananku tak segan-segan untuk bukan sekedar mengejar kakiku tapi juga melirik kaki ini agar tak lari menjauh. Jadilah sholatku saat itu selalu dibayangi pengejaran kaki sehingga sulit untuk bisa khusyu.

Selama ini aku memang tidak menafikan adanya anjuran agar shaf dalam sholat berjama’ah harus  lurus dan rapat. Lurus dan rapatnya shaf dalam sholat berjama’ah bahkan menjadi penyempurna nilai sholat yang sedang berlangsung. Belum lagi ada keterangan yang menyatakan bahwa celah renggang di antara shaf akan diisi oleh syetan sehingga dia selalu siap merusak kesempurnaan sholat jama’ah.

Terlepas dari keutamaan di atas, sesungguhnya ada satu keutamaan yang kadang terlupakan dari sekadar lurus dan rapatnya shaf. Keutamaan ini bahkan menjadi ruhnya sholat. Bahkan kalangan shufi menjadikannya sebagai syarat diterimanya (maqbul) sholat. Dialah khusyu. Khusyu bukan pekerjaan mudah. Khusyu berkenaan dengan hati. Jika hati seseorang hadir bersama Allah dalam sholat, maka sholatnya khusyu. Begitu juga sebaliknya, bila saat sholat hatinya jalan-jalan kemana-mana, berarti sholatnya belum khusyu. Sholatnya  orang yang belum khusyu belum sampai kepada Allah tapi baru sampai ke tempat sujud saja. Lantas, bagaimana kalau yang sholatnya selalu waspada dengan pergerakan kaki orang lain di sampingnya? Khusyukah orang yang sholatnya mengejar-ngejar kaki jama’ah di sebelahnya? Siapa yang dia ingat sebetulnya saat sholat? Allah atau kaki?


Jangan Lewatkan!




1 komentar: